Gambar 1. Poster Alat Tangkap Muroami ini merupakan tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Perikanan Tangkap (DDPT)
1.
Definisi dan Klasifikasi
Muroami berasal dari bahasa jepang “muro”
dan “ami”. Ami artinya jaring sedangkan muro ádalah sebangsa ikan
carangidae. Didaearah Makasar para nelayan menyebutnya sebagai “pukat
rapo-rapo” yaitu jaring yang digunakan untuk menangkap ikan ekor kuning. Berdasarkan
klasifikasi alat tangkap menurut Von Brandt (1984) muroami termasuk dalam
drive-in-net.
2.
Konstruksi Alat Penangkapan Ikan
Kontruksi muroami terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
a. Bagian jaring, yang terdiri dari kaki panjang, kaki pendek,
dan kantong (dengan ukuran kantong cukup besar dan dapat memuat 3 ton ikan).
b.
Pelampung, terdiri dari pelampung-pelampung kecil yang
berada pada tali ris atas dari kaki, yang merupakan pelampung tetap. Juga
terdapat pelampung dari bola gelas dan bambu yang biasanya hanya digunakan pada
saat oprasi penangkapan.
c.
Pemberat, terdapat pada bagian bawah kaki (ris bawah) dan
bagain bawah mulut kantong (bibir bawah) yang terbuat dari batu. Pada waktu
jaring digunakan, pada bagian depan kaki masih dilengkapi jangkar. Parameter
utama dalam alat ini adalah terdapat kantong tempat ikan tertangkap. Semakin
besar kantong maka akan semakin banyak ikan yang dihasilkan dalam penangkapan.
3.
Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1
Kapal
Dalam pengoprasian muroami diperlukan 3-5 buah perahu, dimana sebuah perahu
diantaranya berfungsi untuk membawa kantong, dan dua perahu lainnya untuk
membawa sayap/kaki jaring masing-masing satu buah. Adapun dua buah perahu
lainnya untuk membawa atau mengantar tenaga-tenaga penggiring (penghalau) ikan
ke temapt dimana ikan berada.
3.2
Nelayan
Jumlah nelayan yang mengoprasikan muroami antara 20-24 orang. Seorang
diantaranya berperan sebagai fishing master yang disebut tonas dan bertugas
untuk memimpin jalannya penangkapan dan seorang sebagai penjaga atau pemegang
kedua ujung kantong bila nanti jaring telah dipasang. Satu atau dua orang
sebagai penjaga kantong bagian belakang. Empat sampai enam orang sebagai tukang
penyelam, dan yang lain adalah sebagai pengusir ikan yang akan ditangkap.
3.3
Alat bantu
Alat bantu yang digunakan dalam pengoprasian alat tangkap ini diantaranya
adalah selang sepanjang 100 meter, mesin kompresor sebagai penyuplai udara
melalui selang penyelam, serok untuk memindahkan hasil tangkapan dari kantong
setelah hauling kedalam palkah. keranjang plastik untuk menyimpan hasil
tangkapan, serta peralatan penyelamatan yang dipakai oleh penyelam seperti
sepatu, masker, dan regulator atau morfis.
Selain
itu alat bantu yang digunakan adalah Penggiring, terbuat dari tali yang
panjangnya kurang lebih 25 m yang pada salah satu ujungnya diikatkan pelampung
bambu, sedangkan ujung lainnya diikatkan gelang-gelang besi atau disebut
”kecrek”. Pada sepanjang tali ini juga dilengkapi dengan daun nyiur atau kain
putih. Jumlah alat penggiring ini disesuaikan dengan jumlah nelayan yang
nantinya bertugas sebagai penggiring kerah jaring atau memaksa ikan
meninggalkan tempat persembunyiannya.
3.4.
Umpan
Jenis alat tangkap ini tidak menggunakan umpan karena pengoprasiannya dengan
cara menggirng ikan hingga masuk ke dalam jaring kantong.
4.
Metode Pengoperasian Alat
a. Mengetahui dan dapat memperkirakan
adanya kawanan ikan yang dilakukan oleh beberapa nelayan dengan cara menyelam
dengan menggunakan kacamata air.
b. Menngetahui keadaan arus air antara
lain kemungkinan adanya arus atas dan bawah serta mengenai kekuatan arus.
Kekuatan arus skala sedang adalah yang paling baik untuk pemasangan atau
penanaman jaring.
c.
Pemasangan jaring delakukan demikian rupa sehingga membentuk
huruf Vdan letak ujung depan kaki yang pendek harus berada di tempat dangkal
dimana karang berada, sedangkan ujung kaki panjang diletakkan ditempat dalam.
d.
Penggiringan segera dilakukan setelah pemasangan kantong
yaitu dengan mengambil tempat anatara ¼-1/3 dari bagian ujung kaki yang
belakang.
e.
Muroami umumnya dioprasikan satu hari atau one day fishing.
Satu unit penangkapan muroami rata-rata melakukan 2-3 kali setting dalam satu
hari penangkapan. Muroami biasanya berangkat sekitar pukul 6-7 pagi, satu jam
setelah pemberangkatan penyelam mengamati daerah penangkapan dimana muroami
akan dioprasikan. Setelah mendaptkan lokasi, kapal yang memuat jaring dan
palkah mulai menempatkan jangkar, kemudian para penyelam memasang jaring pelari
dan jaring kantong pada kedalaman sekitar 5 hingga 35 m. Proses ini memakan
waktu sekitar 40 menit. Faktor yang cukup penting dalam pengoprasian muroami
adalah arus yang membantu jaring kantong dapat terbuka secara sempurna.
Penyelam naik kekapal yang memuat kompresor hookah setelah pemasangan jaring
selesai dan bersiap melakukan penyelaman tahap kedua. Tahap ini termasuk di
dalamnya adalah proses penggiringan. Lama waktu penggiringan sangat bervariasi
antara 10-40 menit, pada selang kedalamanya 5-35 m. Interval waktu antara
penyelaman cukup pendek, sekitar 10 menit. Penyelam mengangkat jaring kantong
ke permukaan secepat mungkin, setelah ikan digiring kedalam jaring kantong.
Kemudian penyelam kembali masuk kedalam perairan untuk jaring pelari. Proses
pelepasan jaring pelari ini biasanya memakan waktu sekitar 20 menit.
5.
Daerah Pengoprasian
Daerah
penangkapan ikan adalah wilayah perairan tempat berkumpulnya ikan, dimana
oprasi penangkapan dapat dilakukan dengan alat tangkap tertentu secara
produktif dan menguntungkan. Daerah penangkapan ikan dengan menggunakan alat
penangkap muroami adalah di perairan karang pada kedalamnan anatara 10-25 m
yang letak dasar lautnya tidak terlalau miring. jaring muroami dipasang di
sekitar terumbu karang dengan kedalaman sekitar 10 hingga 20 m dan penyelam
memulai penggiringan pada kisaran 5 hingga 35 m.
6.
Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan utama dari alat tangkap ini adalah ikan ekor kuning (Caesio
cuning). Selain ikan tersebut alat ini juga menangkap jenis ikan karang lainnya
yang merupakan hasil tangkapan sampingan seperti ikan penjalu (Caesio
coerulaureus), pisang-pisang (C.Chrysononus), sunglir (Elagatis
bipinnulatus), selar kuning (Caranx leptolepis), dan kuwe macan (Caranx
sp.)
Comments
Post a Comment